Bahan Ajar MenulisTeks Anekdot
Bahan Ajar
Materi Menulis Teks Anekdot
A. Kompetendi Dasar
3.1. Memahami struktur
dan kaidah teks anekdot, baik melalui
lisan maupun tulisan.
3.3 Menganalisis teks anekdot, baik melalui lisan maupun tulisan.
3.4 Mengevaluasi teks anekdot, berdasarkan
kaidah-kaidah teks baik melalui lisan maupun tulisan.
4.1. Menginterpretasi makna teks anekdot baik secara lisan maupun
tulisan .
4.2 Memproduksi teks anekdot, sesuai dengan karakteristik teks yang akan
dibuat baik secara lisan mupun tulisan
4.3
Menyunting teks anekdot, sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik
secara lisan maupun tulisan.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.
Mendifinisikan
pengertian teks anekdot.
2.
Mengidentifikasi struktur dan kaidah
anekdot dalam teks Anekdot.
3.
Menentukan isi teks anekdot dalam teks Anekdot.
4.
Menyusun struktur teks anekdot
berupa klasifikasi umum dan aspek yang dilaporkan.
5.
Membuat teks anekdot.
6.
Memperbaiki kaidah kebahasaan yang
salah dalam teks anekdot yang diproduksi.
7.
Menyunting isi sesuai dengan
struktur isi teks anekdot.
8.
Menceritakan kembali isi teks
anekdot secara tertulis dan lisan.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan belajar peserta didik dapat:
1. Mendifinisikan pengertian anekdot
2.
Mengidentifikasi struktur dan kaidah
anekdot dalam teks Anekdot.
3. Menentukan isi teks anekdot dalam teks Anekdot.
4.
Menyusun struktur teks anekdot
berupa klasifikasi umum dan aspek yang dilaporkan.
5. Membuat
teks anekdot.
6. Memperbaiki
kaidah kebahasaan yang salah dalam teks anekdot yang diproduksi.
7. Menyunting
isi sesuai dengan struktur isi teks anekdot.
8.
Menceritakan kembali isi teks
anekdot secara tertulis dan lisan.
D. Materi
Pembelajaran
1.
Struktur teks anekdot
2.
Ciri-ciri teks anekdot
3.
Menguraikan Ciri/Kaidah
kebahasaan dalam teks anekdot
4.
Mengkritisi Teks
Anekdot dari Aspek Makna Tersirat
5.
Mengontruksi Makna Tersirat dalam Sebuah
6.
Teks Anekdot
7.
Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Menciptakan Kembali/ Memproduksi Teks Anekdot dengan Memerhatikan
Struktur dan Kebahasaan.
1. Pengertian
Anekdot
Salah satu cerita lucu yang banyak
beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan
kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita
singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita
tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian
yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan
menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat
kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan.
Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata
2.
Kaidah Isi dan Bahasa dalam Teks Anekdot
a.
Teks anekdot
menggunakan waktu lampau, menggunakan kata kerja, dan menggunakan kata
perintah.
b.
Kata kias atau
konotasi (makna yang tidak sebenarnya).
c.
Kalimat sindiran
yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan, dan lawan kata atau antonim.
d.
Pertanyaan
retoris (pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban).
e.
Kalimat yang
menyatakan ajaran, moral, pesan kebaikan.
f.
Kalimat yang
mengandung unsur lucu/ konyol/ jengkel
g.
Konjungsi (kata
hubung)
h.
Adanya
partisipan (tokoh/orang) yang terlibat dalam cerita.
3.
Ciri-ciri teks Anekdot
a.
Cirri-ciri teks
anekdot mesti dekat dengan perumpamaan seperti sebuah dongeng
b.
Menampilkan
suatu karakter hewan dan figure seorang manusia pada umumnya dan seringkali
berkaitan dengan kenyataan.
c.
Memiliki sifat
kelucuan dan humor.
d.
Memiliki sifat
dapat menggelitik dan menyindir.
e.
Berkaitan dengan
orang penting.
f.
Bertujuan pada
hal tertentu.
4. Mendata
Pokok-pokok Isi Anekdot
Sekarang,
tutuplah bukumu dan mintalah dua orang temanmu secara berpasangan untuk membaca
dialog teks anekdot, agar kamu dapat mendengarkan anekdot tersebut.
Agar dapat mendengarkan dengan baik,
lakukanlah hal-hal berikut:
(1)
Berkonsentrasilah pada yang akan didengarkan agar dapat mencatat pokok-pokok
yang menjadi permasalahan;
(2)
Selama mendengarkan anekdot, jangan melakukan aktivitas lain seperti berbicara
dengan temanmu atau menulis catatan;
(3)
Sekarang, tutuplah bukumu dan dengarkanlah contoh-contoh berikut ini yang
dibacakan oleh gurumu atau temanmu.
Contoh 1
Dosen
yang juga menjadi Pejabat
Di
kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang
berbincang-bincang.
Tono
: “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak
pernah mau berdiri.”
Udin
: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono
: “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin
: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono
: “Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin
: “Loh, apa hubungannya.”
Tono
: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin : “???”
Sumber:
http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id dengan
penyesuaian
Contoh 2
Cara
Keledai Membaca Buku
Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk
menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.
Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu
keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak
sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan
berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat.
Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima
hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke
istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar
Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai.
Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan
membuka sampulnya.
Si keledai menatap buku itu. Kemudian,
sangat ajaib! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan
lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah
itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi
bukunya.
“Demikianlah, keledaiku sudah membaca
semua lembar bukunya”, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres
dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin.
Namun, ia minta jawaban “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”
Nasrudin
berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip
buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar
membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalau tidak ditemukan
biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan
terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu”.
Namun, bukankah ia tidak mengerti apa
yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara
keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya”. Jadi
kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh
keledai, bukan?” kata Nashrudin dengan mimik serius.
Sumber:
http://blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)
Dari dua contoh anekdot di atas,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
(1)
Siapa yang diceritakan dalam anekdot?
(2)
Masalah apa yang diceritakan dalam anekdot?
(3)
Temukan unsur humor dalam anekdot tersebut!
(4)
Menurut pendapatmu, selain menceritakan hal yang lucu, adakah pesan tersirat
yang hendak disampaikan pencerita dalam sanekdot tersebut?
(5)
Mengapa cerita lucu tersebut disebut anekdot?
(6)
Sekarang bandingkan hasil kerjamu dengan analisis berikut ini.
Kunci Jawaban
Judul
|
Dosen yang juga menjadi Pejabat
|
Masalah yang dibahas
|
Dosen yang merangkap jadi pejabat
|
Unsur humor
|
Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak
pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri,
takut kursinya diduduki orang lain.
|
Kritik yang disampaikan
|
Kritik yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang
takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat baru
|
5.
Mengidentifikasi
Struktur Teks Anekdot.
Anekdot memiliki struktur teks yang
membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi,
orientasi, krisis, reaksi dan koda.
Bacalah
anekdot berikut ini, kemudian pelajarilah cara menganalisis struktur anekdot.
Aksi Maling Tertangkap CCTV
|
|
Isi
|
Struktur
|
Seorang warga melapor kemalingan.
|
Abstraksi
|
Pelapor : “ Pak saya
kemalingan.”
Polisi : “K kemalingan
apa?”
Pelapor : “ Mobil, Pak.
Tapi saya beruntung Pak...”
|
Orientasi
|
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan
jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
|
Krisis
|
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh
keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
|
Reaksi
|
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).
|
Koda
|
Dalam
contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun.
Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian
pada kolom ketiga.
No.
|
Aspek
|
Isi
|
1
|
Tema
|
Kasih sayang pada orang tua
|
2
|
Kritik
|
Anak yang memandang orang tua di masa tuanya
sebagai orang yang merepotkan.
|
3
|
Humor/ kelucuan
|
Orang dewasa malu kare na
dikritik oleh anak kecil
|
4
|
Tokoh
|
Kakek tua, ayah, anak dan menantu
|
5
|
Struktur
|
Isi cerita
|
Abstrak
|
Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu dan cucu 6 tahun.
|
|
Orientasi
|
Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya
sering berantakan.
|
|
Krisis
|
Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan
anti pecah.
|
|
Reaksi
|
Cucu 6 tahun membuat replika
meja terpisah.
|
|
Koda
|
Cucu 6 tahun mengungkapkan kelak akan membuat meja terpisah juga
untuk ayah dan ibunya.
|
6
|
Alur
|
Kakek tua tinggal bersama
anak, menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si
Kakek rabun dan tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja terpisah dengan
alat makan anti pecah. Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh
cucu 6 tahun yang tengah bermain membuat replika meja.
|
7
|
Pola penyajian
|
Narasi
|
8
|
Teks anekdot
|
Seorang kakek hidup
serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa
makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya.
Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan.
Sendok dan garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih
gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi
gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan,
tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang
tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering
terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru
mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi.
Sang cucu yang baru
berusia 6 tahun mengamati semua kejadian itu dalam diam.
Suatu hari si ayah
memerhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?”
tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat ayah dan ibu.
Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu
langsung terdiam.
Ia berjanji dalam hati,
mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan
ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Sumber:
J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman 47.
(dengan penyesuaian)
|
6.
Mengabstraksi Teks Anekdot
Abstrak bisa dimaknai suatu hal yang penting/ inti.
Mengabstraksi teks berarti meringkas teks anekdot. Ringkasan disusun dalam
paragraf yang memiliki satu kesatuan
makna.
Langkah-langkah mengabstraksi teks anekdot
sebagaiberikut.
1.
Membaca teks
anekdot.
2.
Menentukan
pokok-pokok teks anekdot.
a.
Partisipan atau
penokohan.
b.
Peristiwa
penting atau alur. Ini peristiwa dari setiap bagian
abstrak-orientasi-krisis-rekasi-koda.
c.
Latar.
d.
Kelucuan/kejengkelan/kekonyolan.
e.
Hikmah/ amanat..
Contoh:
Politisi Blusukan Banjir
Pada malam jumat, paling banyak ditemukan politisi
melakukan blusukan, termasuk Darman (maaf bukan nama sebenarnya dan bukan
sebenarnya nama). Darman mendatangi kampong yang diterjang banjir paling parah.
Kebetulan di sana banyak wartawan meliput, sehingga dia makin semangat
menyerahkan bingkisan.
Darman juga tidak mau menyia-nyiakan sorotan kamera
wartawan. Dia mencari strategi agar tetap menjadi perhatian media. Darman berusaha
masuk ke tempat banjir dan menceburkan diri ke air. Sial baginya, dia
terperosok ke selokan dan terseret derasnya air. Darman berusaha sekuat tenaga
melawan arus, tetapi tak berdaya, dia hanyut.
Untung regu penolong sangat sigap. Meskipun terseret
cukup jauh, Darman masih bisa diselamatkan. Dia dibawa ke posko kesehatan dan
dibaringkan di bangsal. Waktu itu semua bangsal penuh oleh orang pingsan.
Darman kaget melihat orang-orang yang ada di situ. Semuanya dia kenal, para
politisi sedang blususkan. Lebih kaget lagi ketika dia melihat doa tertulis di
dinding: “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”. Darman pingsan!
Pembahasan:
1.
Partisipan dalam
teks di atas adalah Darman, wartawan, regu penolong, masyarakat. Tokoh utama:
Darman.
2.
Peristiwa
penting: pada malam jumat, sejumlah politisi melakukan “blususkan” ke
daerah-daerah banjir. Mereka membawa sembako untuk dibagi-bagikan kepada korban
banjir. Tidak ketinggalan, Darman juga meninjau salah satu daerah yang menjadi
korban banjir. Ia menebar senyum dan menjadi pusat perhatian warga. Akan
tetapi, Darman sial. Ia terperosok ke selokan dan terseret oleh banjir. Darman
ditolong oleh regu penyelamat. Lalui, ia dibawa ke tempat aman. Darman pingsan
setelah melihat ada tulisan “Ya Allah, hanyutkanlah mereka yang tak ikhlas”
yang menempel di dinding.
SELAMAT BELAJAR
ORA ET LABORA